Sabtu, 12 Mei 2012

EMBRIOLOGI DALAM AL-QURAN

 





Seorang ahli embriologi dari Amerika, kagum bahwa Al Quran memuat masalah pertumbuhan janin jauh sebelum ilmu pengetahuan menemukannya. Itulah yang membuatnya kemudian memilih muslim. Ketika Dr. Keith L. Moore, ahli embriologi terkenal dari Amerika membaca suatu tulisan bahwa dalam Al Quran, memuat ihwal pertumbuhan janin dari masa pembuahan hingga lahir, ia memang sulit percaya. Sebab, menurutnya, pengetahuan embriologi baru dikenal belakangan, terutama sejak diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti canggih ilmu kedokteran modern lainnya.

Tapi ketika doktor dari Toronto, Kanada, itu kemudian membaca dan mempelajarinya apa yang ia herankan dari Al Quran, ia berbalik terkagum-kagum. Benar, dalam Al Quran, diakuinya memuat ayat-ayat yang berbicara tentang embriologi secara lengkap dan tuntas.

“Apa yang tercantum dalam Al Quran itu sungguh tidak mungkin terjangkau oleh pengetahuan medis pada abad ketujuh Masehi. Ini suatu mukjizat,” katanya. Berdasarkan itulah, antara lain, membuat Dr. Keith L. Moore kemudian memutuskan untuk menganut agama Islam, menjadi seorang muslim.
Kini Dr. Keith L. Moore ikut aktif menangani publikasi Perhimpunan Medika Islam Amerika Utara, Downers Grove, Illinois, USA. Ia adalah seorang ahli embriologi dari Toronto, Kanada. Pada ulang tahun ke-18 Perhimpunan Medika Islam di Niagara Falls, New York, muallaf yang relatif belum lama menjadi muslim itu mengatakan bahwa referensi tentang perkembangan dan reproduksi manusia tersebar di berbagai ayat Al Quran. Sejalan dengan perjalanan ilmu pengetahuan yang merayap terlalu lambat, arti ayat-ayat tersebut baru bisa ditafsirkan semestinya pada masa-masa belakangan.

Dimulai dari surah 39 Azzumar ayat 6, keyakinan Dr. Keith L. Moore itu berdasarkan tempat pijaknya dengan kokoh.
Ayat itu berbunyi:
“Dia menciptakan kamu dari satu makhluk lalu dijadikan-Nya dari makhluk itu pasangannya. (Dan Dia menurunkan untukmu delapan pasang binatang ternak). Dia membentuk kamu dalam perut ibu-ibumu melalui tahap-tahap penciptaan dalam tiga lipat kegelapan (kegelapan dalam perut, dalam rahim, dan dalam selaput yang menutupi janin). Itulah Allah, Tuhanmu, yang memiliki kekuasaan, tiada tuhan selain Dia. Jadi mengapakah kamu berpaling ?”

Diteruskan dengan menelusuri surah 23 al Mukminun ayat 13 dan 14, “Kemudian Kami tempatkan dia sebagai setitik bibit dalam penyimpanan yang kuat. Lalu bibit itu Kami jadikan segumpal darah, Kami bentuk pula gumpalan darah itu menjadi segumpal daging, dan dari gumpalan daging itu Kami jadikan lagi tulang-belulang, dan tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging, dari situlah Kami ciptakan makhluk yang lain. Maka sucikanlah Allah sebagai Pencipta paling baik.”

Berikutnya, Dr. Keith L. Moore membacakan ayat 5 dari surah ke-22. Di sana Allah berfirman, “Wahai manusia, apabila kamu ragu-ragu mengenai Hari Kebangkitan, ingatlah, Kami ciptakan kamu dari debu , lalu dari setetes nutfah, lalu dari segumpal daging, yang telah berbentuk maupun yang belum berbentuk, supaya menjadi jelas bagimu. Lantas Kami mukimkan di dalam rahim sesuai kehendak Kami hingga waktu yang telah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, yang berangsur-angsur mencapai kedewasaan. Ada yang mati muda diantara kamu, ada pula yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga ia tidak tahu apa-apa lagi terhadap semua yang pernah diketahuinya.

Bukankah kamu lihat bumi ini kering, tetapi bila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi ini dengan subur, serta menumbuhkan berbagai tanaman yang indah-indah dari tiap pasangannya.”
Menurut Dr. Moore, illustrasi tentang fetus (embrio yang telah berkembang) di dalam uterus (peranakan), baru muncul pertama kali pada abad 15 M, oleh Leonardo da Vinci. Memang pada abad kedua, Galen pernah menggambarkan tentang plasenta dan selaput-selaput janin dalam buku, “On the Formation of the Foetus”, namun jauh berbeda dengan yang diuraikan pada abad ketujuh Masehi.

Dan kala itu, para ahli kedokteran telah mengetahui bahwa embrio manusia berkembang di dalam uterus. Tetapi tidak seorangpun mengetahui bahwa perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap. Malah pada abad kelima belas pun belum didiskusikan, apalagi digambarkan. Setelah mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhook pada abad keenam belas, barulah uraian tentang tahap-tahap permulaan embrio ayam mulai diselidiki para ahli.

Pengetahuan mengenai pentahapan embrio manusia tidak terbayangkan hingga abad 20 ketika Streeter (1941) dan O’Rahilly (1972) mengembangkan sistem pentahapan yang pertama kali. Lebih-lebih, tentang tiga lipat kegelapan, yang ternyata dimaksudkan kepada tiga pelapisan. Yaitu dalam lapisan dinding perut, dinding rahim, dan selaput janin.
Dari pengertian etimologis, sebenarnya “alaqah” yang biasanya diterjemahkan dengan segumpal darah lebih memberat kepada pengisap darah, yaitu lintah. Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika embrio berada pada tahap ini (7-24 hari) selain seperti lintah menggelantung di kulit, baik keadaannya yang seolah menggelantung di dinding uterus, maupun sumber hidupnya. Sebagaimana sumber makanan lintah dari darah manusia yang ditempelinya. Begitu pula janin. Sumber makanannya adalah dari darah sang ibu.

Ajaibnya, jika janin dalam tahap ini diperbesar menggunakan mikroskop, bentuknya memang betul-betul menyerupai lintah. Mengingat pada abad ke-7 itu belum ada mikroskop ataupun lensa pembesar, maka pengetahuan tentang embrio manusia yang mirip lintah itu tidak mungkin berasal dari manusia. Dan siapa lagi, kalau bukan dari Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar